Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Kemiskinan
Ilmu Pengetahuan
“ Ilmu
pengetahuan” lazim digunakan dalam
pengertian sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “,
yang masing-masing punya identities sendiri-sendiri. Dikalangan ilmuwan ada
keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara
teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan
sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Pengertian
pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam
pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang
budi.
Untuk membuktikan
pengetahuan itu benar, perlu berpangkal pada teori kebenaran pengetahuan :
1.
Pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu
mempunyai hubungan dengan dalil (proposisi) yang terdahulu
2.
Pengetahuan dianggap benar apabila ada kesesuaian dengan
kenyataan
3.
Pengetahuan dianggap benar apabila mempunyai konsekwensi
praktis dalam diri yang mempunyai pengeahuan itu.
Ilmu
pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan
yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Epistemologis
hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun
menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang
dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas
ruang lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang
merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang
menadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut
pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian.
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan
dan tindakan.
Untuk mencapai
suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat
ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1.
Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi
pengetahuan ilmiah yang obeyktif
2.
Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema
yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan
terhadap hipotesis yang ada
3.
Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat
diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
4.
Merasa pasti bahwa setiap
pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun
masih terbuka untuk dibuktikan kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi
arti sumber, kebenaran pengetahuan, serta sikap ilmuwan itu sendiri sebagai
dasar untuk langkah selanjutnya.
Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan
kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan bahwa pengetahuan (body
ofknowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of arts ) yang mengandung
pengetian berhubungan dengan proses produksi; menyangkut cara bagaimana
berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan ketrampilan dikombinasikan
untuk merealisasi tujuan produksi. “secara konvensional mencakup penguasaan
dunia fisik dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial,
terutama teknoogi sosial pembangunan (the social technology of development)
sehingga teknologi itu adalah merode sistematis untuk mencapai tujuan insani
(Eugene Stanley, 1970).
Teknologi memperlihatkan fenomenanya
alam masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap
bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Jacques Ellul
dalam tulisannya berjudul “the technological society” (1964) tidak mengatakan
teknologi tetapi teknik, meskipun artinya sama. Menurut Ellul istilah teknik
digunakan tidak hanya untuk mesin, teknologi atau prosedur untuk memperoleh
hasilnya, melainkan totalitas metode
yang dicapai secara rasional dan mempunyai efisiensi (untuk memberikan tingkat
perkembangan) dalam setiap bidang aktivitas manusia. Jadi teknologi penurut
Ellul adalah berbagai usaha, metode dan cara untuk memperoleh hasil yang
distandarisasi dan diperhingkan sebelumnya.
Fenomena
teknik paa masyarakat ikini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri
sebagia berikut :
1.
Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik
diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
2.
Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang
buatan tidak alamiah
3.
Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan
rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu
mengeliminasikan kegiatan non teknis
menjadi kegiatan teknis
4.
Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5.
Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling
berinteraksi dan saling bergantung
6.
Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas
kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
7.
otonomi artinya
teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang denan
pesat meliputi berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan
sebagaia berikut :
1.
Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya teknik mampu
menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu mengkonsentrasikan
capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
2.
Teknik meliputi bidang organisasional seperti
administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
3.
Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik telah menguasai
seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus beradaptasi dengan
dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang bebas dari pengaruh
teknik.
Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan
berada di bawah garis kemiskinan apabila
pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti
pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang
menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1.
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2.
Posisi manusia
dalam lingkungan sekitar
3.
Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara
manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan
pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan
Kesemuanya
dapat tersimpul dalam barang dan jasa dan tertuangkan dalam nilai uang sebgai
patokan bagi penetapan pendapatan minimal yang diperlukan, sehingga garis
kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan minilam ( versi bank dunia,
dikota 75 $ dan desa 50 $AS perjiwa setahun, 1973) ( berapa sekarang ? ).
Berdasarkan ukuran ini maka mereka
yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1.
Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti
tanah, modal, ketrampilan. Dll
2.
Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset
produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua
modal usaha
3.
Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4.
Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5.
Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak
mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan
(umum) dapat dikatagorikan kedalam tiga unsure :
1.
Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun
mental seseorang
2.
Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
Kemiskinan buatan. Yang
relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap
manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan yang timbul
oleh dan dari struktur-struktur buatan
manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural.
Selaindisebabkan oleh hal – hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap
“penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai
takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunya
struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar